Contoh kasus Perusahaan di Indonesia
Berikut ini merupakan salah satu perusahaan di daerah
Jakarta yang mengalami manajemen krisis kerugian.
JAKARTA - Pelaku usaha truk mengklaim usahanya
terancam mengalami kerugian hingga Rp. 6 triliun akibat banjir di DKI Jakarta
dan sekitarnya.
Wakil Ketua II Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia
(Aptrindo) Sugi Purnoto mengatakan kerugian tersebut didapatkan dengan asumsi
beban biaya operasional yang dikeluarkan untuk satu truk Rp. 1,2 juta per hari,
sementara jumlah minimum truk yang beroperasi di DKI Jakarta dan sekitarnya
mencapai 5.000 unit per hari.
Akibat banjir, imbuhnya, truk yang semestinya
beroperasi itu terpaksa terjebak di tengah banjir, sehingga tidak mencapai
lokasi pergudangan para pelanggan. Banjir yang melanda DKI Jakarta pada Senin
(9/2/2014) telah menggangu aktivitas pengoperasian truk angkutan logistik. Jika
kondisi jalan di DKI Jakarta dan sekitarnya masih mengalami banjir hingga
beberapa hari ke depan, tentunya kerugian operator akan berlipat ganda.
Adapun, untuk hari Senin biasanya angkutan logistik
lebih banyak untuk angkutan impor dan angkutan Jabodetabek. Kendati berada di
hari Senin, kondisi itu telah memberikan dampak efek lanjutan terhadap
distribusi barang secara keseluruhan, salah satunya aktivitas di pelabuhan.
Untuk menyiasati kondisi seperti ini, biasanya para
pengusaha menjadwalkan ulang waktu pengiriman barang yang tidak menerapkan
penalti pada kontrak kerja sama. Dengan begitu, para pengusaha hanya perlu
mengeluarkan beban biaya Rp. 100 ribu kepada para sopir dan asisten sopir. Tapi
potensi income Rp. 2,5 juta per hari per truk hilang.
Pada sisi lain, Pengusaha angkutan darat kehilangan
potensi pendapatan akibat banjir yang melanda DKI Jakarta hingga 50%. Ketua DPD
(Dewan Pimpinan Daerah) Organda Provinsi DKI Jakarta Shafruhan Sinungan
mengatakan hampir seluruh jalan di Ibu Kota Negara mengalami kelumpuhan.
Kendati tidak seluruh ruas jalan tergenang air,
operasi angkutan darat tidak dapat berjalan mengingat lokasi akses jalan
terputus. Belum lagi bagi kemacetan yang diakibatkan banjir. Hampir semuanya
lumpuh. Karena dampak dari satu tempat mempengaruhi yang lain. Kondisi
tersebut, berimbas terhadap kerugian operator angkutan jalan. Tidak berbeda dengan
tahun lalu, banjir yang terjadi kali ini menyebabkan perusahaan kehilangan
pendapatan lebih dari 50%. Bahkan, beberapa perusahaan mengalami kehilangan
pendapatan sampai 100% karena kendaraan tidak bisa beroperasi. Sementara itu,
perusahaan angkutan jalan juga perlu mengalokasikan beban biaya perawatan
kendaraan lebih besar. Kendati perusahaan telah mengalokasikan dana tersebut.
Namun, jika banjir tengah terjadi biasanya beban biaya
perawatan jauh lebih besar. Untuk biaya perbaikan kendaraan yang mengalami
turun mesin membutuhkan dana sekitar Rp. 7 juta s/d Rp. 10 juta per unit.
Anggaran ada, tapi besarannya tidak bisa diprediksi karena dampak banjir.
Untuk itu, dia mengharapkan Pemprov DKI Jakarta segera
mengeluarkan aturan teknis dari pengoperasian jenis taksi small and PV. Jenis
taksi yang memiliki bentuk yang lebih tinggi ketimbang kendaraan taksi sedan
itu mampu mengangkut enam sampai tujuh penumpang sekaligus. “Armadanya kami
siap. Ini bisa terjang banjir.”
Analisa :
Contoh kasus diatas membahas dampak kerugian yang
dialami pada saat bencana alam seperti banjir terjadi, dan memberikan saran
agar bisa mengantisipasi banjir untuk mengadakan small taksi dan pv yang
sekiranya mampu mengatasi masalah bajir dalam hal pengadaan transportasi.
Seharusnya dari awal sudah dibentuk tim untuk mengantisipasi
terjadinya bencana alam. Tim yang dibuat harus tim yang handal yang mampu
meminimalkan resiko kerugian pada perusahaan serta mengambil tindakan terbaik
dalam mengatasi bencana alam tersebut. Datangnya krisis tidak bisa diprediksi,
hal terbaik untuk menghadapinya adalah membuat perencanaan dalam menghadapi
krisis yang datang tidak diduga-duga.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar